Selain "Badarawuhi di Desa Penari" dan "Siksa Kubur", ada satu lagi film Indonesia yang layak tonton, yakni "Kereta" karya sineas Eddy Prasetya dan produksi KlikFilm Production. Dibintangi Bio One danAghniny Haque, film ini membingkai perjalanan mudik Maudy (Aqhniny Haque) menggunakan kereta api, setelah ibunya meninggal. Di gerbong kereta ia bertemu Hansi (Bio One), yang sedang menulis surat untuk cinta pertamanya, Alya (Hasya Mahara). Isinya permintaan maaf atas kesalahan di masa SMA, kala nekat kabur ke Jakarta.
Film ini sebagian besar berisi percakapan Hansi dan Maudy yang semakin intens di gerbong kelas ekonomi ini kian intens. Dalam percakapan terungkap sejumlah pengakuan. Hansi menyesal karena menyalahkan Alya untuk sebuah masalah di masa lalu. Kini, Alya akan menikah dengan laki laki lain. Maudy merasa berjarak dengan ibunya. Ia merasa kehadirannya tak diinginkan Asti.
Hingga suatu saat, polisi memberi tahu Maudy bahwa ibunya mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Ia terperenyak dan kini balik bertanya: Asti murni korban kecelakaan atau sengaja mengakhiri hidup? Aghniny Haque mampu tampil konsisten di film ini. Sejak awal,menciptakan jarak terhadap ibunya. Jarak, perspektif, sikap atau pendiriannya perlahan bergeser seiring pertemuannya dengan Hansi. Film Kereta, Tentang Penyesalan dan Penerimaan Diri Dua Orang Asing yang Bertemu di Gerbong Ekonomi
Generasi Lokomotif Kereta CC 201, Dikenal Kereta yang Menarik Gerbong Penumpang Penumpang KRL Jurusan Bogor Terperosok ke Celah antara Peron dan Gerbong Saat Kereta Akan Berangkat Detik detik Emak emak Terperosok ke Celah Gerbong dan Peron Kereta Hendak Jalan, Penumpang Histeris
Belajar dari Film Dua Hati Biru, Angga Yunanda Mulai Persiapkan Diri ke Jenjang yang Lebih Serius Penyesalan Perempuan di Gresik yang Suami dan Anak Balitanya Tenggelam di Sungai Kalimas Gresik Kantor Imigrasi Manokwari Gelar Pengawasan Orang Asing di Mansel, Ini yang Ditemukan
Penerimaan CPNS 2024 Kemenkumham: Lengkapi Data Diri Sebelum Login sscasn.bkn.go.id Hansi sendiri digambarkan pemuda kikuk. Komunikasinya berantakan dan terkesan canggung. Sekitar 50 persen film ini terjadi di dalam gerbong kereta api. Meski begitu,Keretatak membosankan karenapetunjuk demipetunjukditebar Eddy Prasetya lewat dialog.
Benang merah dua tokoh utamanya, bahkan dua tokoh pendukung lain adalah menghadapi kenyataan yang tidak ideal. Mereka lantas melakukan penerimaan diri dengan cara yang dianggap pas. Film Kereta menyuguhkan performa Aghniny Haque yang dalam dengan rentang emosi yang dianggap publik negatif: Marah, kecewa, menyesal, dan “lambat” melakukan penerimaan diri. Usai menonton Kereta, perspektif kita pada kata maaf dan orang tua tak akan sama lagi. Setiap kebersamaan ada akhirnya.
Setiap kesalahan menyimpan penyesalaannya masing masing. Berdamai dengan diri sendiri sebelum berdamai dengan orang lain adalah kunci. Dengan plot yang relatif lurus dan durasi ringkas, Kereta mengalir tanpa basa basi. Topik maaf dan penyesalan pun terasa relevan hingga kini. Film Kereta sudah dapat disaksikan secara resmi di KlikFilm.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.